BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kita
sudah begitu sering berpikir, rasa-rasanya berpikir begitu mudah. Semenjak
kecil kita sudah biasa melakukannya. Setiap hari kita berdialog dengan diri
kita sendiri, berdialog dengan orang lain, berbicara, menulis, membaca suatu
uraian, mengkaji suatu tulisan, mendengarkan penjelasan-penjelasan dan mencoba
menarik kesimpulan-kesimpulan dari apa yang kita lihat dan kita dengar.
Terus-menerus sering kali hampir tanpa rasa disadari dan berlogika.
Perkataan logika diturukan dari kata sifat logike,
bahasa yunani, yang berhubungan dengan kata benda logos, berarti pikiran atau
perkataan sebagai pernyataan dari pikiran. Hal ini membuktikan bahwa ternyata
ada hubungan yang erat antara pikiran dan perkataan yang merupakan pernyataan
dalam bahasa. Logika juga merupakan mempelajari metode-metode
dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran yang tepat (valid)
dan penalaran yang tidak tepat (tidak valid).
Penalaran merupakan proses berpikir untuk
mendapatkan pengetahuan. Supaya pengetahuan yang didapat benar maka penarikan
kesimpulan harus dilakukan dengan benar atau mengikuti pola tertentu. Cara
penarikan kesimpulan disebut logika. Ada dua cara penarikan
kesimpulan yaitu logika induktif dan logika deduktif.
Induksi merupakan cara berpikir dengan melakukan
penarikan kesimpulan yang bersifat umum/general berdasarkan kasus-kasus
individu/spesifik. Kentungan kesimpulan yang bersifat umum ini yang pertama
adalah ekonomis. Dan yang ke 2 bahwa kesimpulan umum ini memungkinkan proses
penalaran berikutnya baik induktif maupun deduktif. Dengan demikian
memungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis
Deduksi merupakan cara berpikir untuk melakukan
penarikan kesimpulan dari peryataan umum menjadi pernyataan khusus. Penalaran
deduktif menggunakan pola berpikir silogisme. Dari premis mayor dan premis
minor kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Contoh
:
Semua mahluk memiliki mata – premis mayor
·
Si A adalah makhluk – premis minor
·
Jadi Si A memiliki mata – kesimpulan
Ketepatan penarikan kesimpulan bergantung pada
kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan cara/keabsahan penarikan
kesimpulan.
Baik logika deduktif maupun induktif menggunakan
pengetahuan sebagai premis-premisnya berupa pengatahuan yang dianggapnya benar.
Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif untuk menyusun pengetahuannya.
Premis yang digunakannya berasal dari ide yang menurut anggapannya jelas dan
dapat diterima.
Dari sini kemudia muncul paham idealisme. Yaitu
paham yang mengakui bahwa sudah ada prinsip yang ada jauh sebelum manusia
memikirkannya. Prinsip yang sudah ada ini dapat diketahui manusia memlalui
kemampuan berpikir rasionalnya. Para pemikir rasional ini cenderung subjekti,
jika tidak ada konsensus yang disepakati. Karena ide/prinsip bagi si A belum
tentu sama dengan si B.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa itu
logika atau penalaran dalam kalimat?
2. Apa saja
kesalahan logika dalam membentuk sebuah kalimat?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang penalaran logika dalam kalimat
2. Mahasiswa dapat membuat kalimat tanpa ada kesalahan logika
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Penalaran
Penalaran
merupakan proses berpikir untuk mendapatkan pengetahuan. Supaya pengetahuan
yang didapat benar maka penarikan kesimpulan harus dilakukan dengan benar atau
mengikuti pola tertentu. Cara penarikan kesimpulan disebut logika.
Ada dua cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan logika deduktif.
Logika juga merupakan mempelajari metode-metode dan
prinsip-prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran yang tepat (valid) dan
penalaran yang tidak tepat (tidak valid).
2.2.
Kesalahan
logika dalam kalimat
Chaer (2000) mengatakan kesalahan logika di dalam kalimat
antara lain karena kesalahan dalam :
1. Menarik
kesimpulan umum (Induktif)
2. Menarik
kesimpulan khusus (deduktif)
3. Menarik
kesimpulan persamaan (analog)
4. Memberikan
alasan (argumentasi)
2.3.
Kesimpulan
Umum (Induktif)
Kesimpulan
umum adalah kesimpulan yang dibuat berdasarkan fakta-fakta khusus. Proses
penarikan kesimpulan umum dari fakta-fakta khusus ini merupakan proses bernalar
yang dilakukan secara induktif.
Contoh
penalaran induktif ini, misalnya kita ambil fakta-fakta khusus dari dunia
hewan. Dalam dunia hewan kita lihat, bahwa:
·
Ayam bertelur
·
Itik bertelur
·
Angsa bertelur
Berdasarkan fakta-fakta khusus tersebut kita
dapat menarik kesimpulan umum, bahwa angsa adalah binatang yang bertelur.
Walaupun satu kesimpulan umum sudah sah dan logis tetapi belum tentu kesimpulan
itu dapat diterima. Sebuah kesimpulan umum dapat diterima kebenarannya apabila
data dan fakta yang dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan itu:
(a) cukup banyak
(b) pantas dijadikan contoh atau model
(c) tidak ada kecuali.
Contoh
kesimpulan umum: Ikan bernafas dengan insang
Contoh tersebut masih diragukan kebenarannya
karena seperti kita tahu, ternyata lumba-lumba, pesut dan paus tidak bernafas
dengan insang melainkan dengan paru-paru. Agar kesimpulan umum tentang ikan itu bisa diterima kebenarannya,
kita harus memberi keterangan misalnya dengan kata pada umumnya atau sebagian
besar. Dengan demikian, kesimpulan tersebut kita perbaiki menjadi:
·
Pada umumnya ikan bernafas dengan insang.
·
Sebagian besar dari ikan bernafas dengan
insang.
2.4.
Kesimpulan
Khusus
Kesimpulan khusus adalah kesimpulan yang
ditarik berdasarkan suatu pernyataan umum dan suatu pernyataan khusus. Proses
penarikan kesimpulan berdasarkan suatu pernyataan umum dan suatu pernyataan
khusus ini merupakan suatu proses bernalar secara deduktif.
Pernyataan yang bersifat umum (PU) biasa
disebut premis mayor dan pernyataan yang bersifat khusus (PK) biasa disebut
premis minor. Berdasarkan dua pernyatan itu dihasilkan suatu kesimpulan khusus.
Misalnya:
PU : Semua guru mengajar sesuai
kurikulum.
PK : Ibu saya adalah guru
Jadi : Ibu saya mengajar sesuai
kurikulum
Kesimpulan ini sah, logis, dan benar.
Bandingkan
dengan contoh berikut!
PU : Semua Guru mengajar
sesuai kurikulum.
PK : Ibu saya mengajar sesuai
kurikulum
Jadi : Ibu saya adalah guru
Kesimpulan ini tidah sah, tidak logis, dan
tidak benar.
Suatu kesimpulan khusus dapat dianggap sah,
logis, dan benar apabila dibentuk dengan memerhatikan hal-hal berikut.
1) Subjek
pada PU adalah predikat pada PK, sedangkan kesimpulan itu sendiri berupa
subjek PK menjadi subjek kesimpulan, dan predikat PU menjadi predikat
kesimpulan.
PU
: S1 P1
PK
: S2 P2 (S1)
Kesimpulan : S1 P2
Perhatikan
!
PU : Semua guru mengajar sesuai kurikulum.
S1
P1
PK : Ibu saya adalah guru
S2
P2 (S1)
Jadi : Ibu saya mengajar sesuai kurikulum
S2 P1
Kesimpulan tersebut sah, logis, dan benar.
Perhatikan
contoh berikut!
PU
: Semua guru mengajar sesuai kurikulum.
S1
P1
PK
: Ibu saya mengajar sesuai kurikulum
S2
P2 (S1)
Jadi
: Ibu saya adalah guru
S2
P3 (S1)
Kesimpulan ini tidak sah, tidak logis, dan
tidak benar, karena predikat kesimpulan ini bukan P1, lagipula P2 dan PK tidak sama
dengan S1.
2) Konsep
atau pernyataan dalam PU harus sesuai dengan kenyataan atau dapat diuji
kebenarannya. Perhatikan kesimpulan berikut!
PU : Semua Mahasiswa
memperbarui status facebook.
PK : Saya adalah mahasiswa
Jadi : Saya memperbarui status
facebook.
Kesimpulan ini sah dan logis, tetapi tidak
benar. Ketidakbenaran itu sebagai akibat dari PU-nya yang tidak benar.
Sebagaimana kita ketahui tidak semua mahasiswa yang bergabung dalam facebook,
mungkin karena tidak mengetahui cara penggunaan facebook atau mungkin tidak
memiliki fasilitas untuk mengakses internet.
3) Kalau
PU bersifat khusus atau bersifat negatif, maka kesimpulannya harus bersifat
khusus atau bersifat negatif pula. Perhatikan contoh berikut!
PU : Sebagian
besar mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan memiliki keahlian di bidang
mendesain pembelajaran.
PK : Ria seorang mahasiswa Jurusan Teknologi
Pendidikan
Jadi : Ria mungkin memiliki keahlian di
bidang mendesain pembelajaran.
Contoh lain :
PU : Tidak
semua barang elektronik itu mahal.
PK : TV
merupakan barang elektronik.
Jadi : Tidak
semua TV itu mahal.
4) Kalau
PU dan PK sama-sama bersifat khusus atau negatif tidak dapat ditarik suatu
kesimpulan. Perhatikan contoh berikut!
PU :
Beberapa mahasiswa adalah penyanyi pop
PK :
Beberapa mahasiswa adalah pemain musik.
Jadi : ……(tidak
mungkin)
Contoh lain
PU : Semua
perampok adalah warga negara yang tidak baik.
PK : Dia
bukan warga negara yang baik.
Jadi :
Dia…..(tidak mungkin)
2.5. Persamaan (Analogi)
Persamaan
(Analogi) adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang
mempunyai sifat yang sama atau suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu
gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang
mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama.
Contoh analogi :
Contoh analogi :
Nina
adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina
dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali
adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh
Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Jenis-jenis
analogi :
·
Analogi induktif.
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun
berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan
bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.
Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat
suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh
:
Nindy terpaksa di cutikan dari Universitas
Gunadarma karena terlambat mengisi KRS. Tria juga akan di cutikan dari
Universitas Gunadarma jika dia terlambat mengisi KRS.
·
Analogi deklaratif.
Analogi deklaratif merupakan metode untuk
menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan
sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru
menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang
sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh
:
Metode pengajaran yang diberikan oleh dosen kepada
mahasiswanya haruslah memiliki waktu yang efektif. Pemberian materi kepada
mahasiswa sebaiknya sesuai dengan kapasitas mahasiswa sejauh mana mahasiswa
dapat menampung materi yang diberikan. Sama halnya dengan ember yang terus
menerus diisi air, pada akhirnya akan tumpah juga jika terus menerus diisi
dengan air.
Contoh :
Mata adalah organ yang sangat penting bagi mahluk
hidup jika seorang manusia tidak bisa melihat pasti sangat sulit
untuk berjalan dan menjalani hidup Orang yang memiliki ilmu yang tinggi
namun tidak memiliki agama yang baik maka ilmunya itu akan berjalan tak
tentu arah.
.6. Alasan
(Argumentasi)
Argumentasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalampenulisan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau
membujuk pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa penjelasan,
pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat.
Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide,
gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
Contoh :
Selokan ini sangat kotor. Sampah sampah
berserakan di sana sini. Nyamuk senang bersarang dan bertelur di sini karena
airnya menggenang. Oleh sebab itu kita harus membersihkan selokan ini supaya
air lancar mengalir. Dengan demikian nyamuk tidak akan bersarang dan bertelur
di tempat ini.
Contoh :
Sekali lagi, kita patut
bersyukur karena tampaknya kegiatan ospek di kampus-kampus sudah ada perubahan
ke arah yang lebih bermakna positif. Sudah saatnya kita meninggalkan
perpeloncoan. Hidup ini sudah begitu keras untuk diperjuangkan, jangan ditambah
lagi dengan kekerasan yang lain.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu penalaran Induksi dan
penalaran Deduktif.
·
Penalaran
Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
·
Penalaran
Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum.
·
Persamaan
(Analogi) adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang
mempunyai sifat yang sama
·
Argumentasi adalah
salah satu jenis pengembangan paragraf dalampenulisan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan
3.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan tersebut, makalah ini mempunyai banyak kekurangan dan jauhnya dari
kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat lah penulis harapkan terutama dari bapak dosen pembimbing dan
rekan pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang, semoga
makalah ini bermanfaat untuk kita semua dan menambah wawasan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia
yang Benar IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ahmadi.
http://makalahpendidikan.blogdetik.com/pengertian-paragraf-argumentasi-kata-dan-contoh-argumentatif/ diakses pada tanggal 24
Mei 2014
Ambarwati. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/penalaran-deduktif-dan-penalaran-induktif-dalam-proses-berfikir-yang-dikaitkan-pemakaian-berbahasa diakses
pada tanggal 24 Mei 2014
Download Disini
0 comments:
Post a Comment